Komunikasi dan Interpersonal Skill
:
Kepemimpinan
Dalam
kehidupan sehari-hari aktivitas wirausaha yang tidak terlepas dari sikap kepemimpinan
bahkan dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Kepemimpinan dan Kewirausahaan
adalah kemampuan diri seseorang dalam menentukan dan mengevaluasi peluang-peluang
yang ada dengan mengelola sumber daya yang tersedia.Kepemimpinan adalah
kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dalam hal ini para bawahan sedemikian
rupa sehingga orang lain mau melakukan kehendak Pemimpin meskipun secara
pribadi hal ini mungkin tidak disenangi. Sukses tidaknya dalam mencapai tujuan
organisasi tergantung pada kemampuan pimpinan mempengaruhi bawahan dalam mengajak
dan menyakinkan mereka, sehingga para bawahan ikut berpartisipasi terhadap apa
yang telah dianjurkan dengan penuh semangat.
6.1.
Pengertian Kepemimpinan
Menurut
Griffin dan Ebert, kepemimpinan (leadership) adalah proses memotivasi orang
lain untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Lindsay
dan Patrick dalam membahas “Mutu Total dan Pembangunan Organisasi” mengemukakan
bahwa kepemimpinan adalah suatu upaya merealisasikan tujuan perusahaan dengan
memadukan kebutuhan para individu untuk terus tumbuh berkembang dengan tujuan
organisasi. Perlu diketahui bahwa para individu merupakan anggota dari perusahaan.Peterson
at.all mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu kreasi yang
berkaitan dengan pemahaman dan penyelesaian atas permasalahan internal dan eksternal
organisasi.
Dari
ketiga definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu
upaya dari seorang pemimpin untuk dapat merealisasikan tujuan organisasi
melalui orang
lain dengan cara memberikan motivasi agar orang lain tersebut mau melaksanakannya,
dan untuk itu diperlukan adanya keseimbangan antara kebutuhan individu para
pelaksana dengan tujuan perusahaan. Lingkup kepemimpinan tidak hanya terbatas
pada permasalahan internal organisasi, melainkan juga mencakup permasalahan eksternal.
Dalam
konteks kelompok (tim) bisnis, secara internal seorang ketua tim harus dapat
menggerakkan
anggota tim sedemikian rupa sehingga tujuan dapat dicapai. Seorang ketua tim
harus dapat memahami kelebihan dan kekurangan anggota timnya, sehingga dapat
menentukan penugasan yang harus diberikan kepada setiap anggota tim. Dilain
pihak, secara ekternal seorang ketua tim harus dapat mempengaruhi investor agar
mau menginvestasikan dananya kepada bisnisnya.
6.2.
Peran Kepemimpinan dalam Manajemen
Kepemimpinan
lebih erat kaitannya dengan fungsi penggerakan (actuating) dalam manajemen.
Fungsi penggerakan mencakup kegiatan memotivasi, kepemimpinan, komunikasi,
pelatihan, dan bentuk-bentuk pengaruh pribadi lainnya. Fungsi tersebut juga dianggap
sebagai tindakan mengambil inisiatif dan mengarahkan pekerjaan yang perlu dilaksanakan dalam sebuah organisasi. Dengan
demikian actuating sangat erat kaitannya dengan fungsi- fungsi manajemen
lainnya, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, dan pengawasan agar
tujuan-tujuan organisasi dapat dicapai seperti yang diinginkan. Winardi juga mengemukakan bahwa sekalipun terdapat
banyak teori tentang fungsi-fungsi manajemen, namun dapat disederhanakan bahwa
fungsi manajemen setidaknya meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan.
Dalam
perencanaan telah ditetapkan arah tindakan yang mengarahkan sumber daya
manusia
dan sumber daya alam untuk dapat direalisasikan. Rencana-rencana yang
ditetapkan
telah menggariskan batas-batas di mana orang-orang mengambil keputusan dan
melaksanakan
aktivitas-aktivitas. Hal ini berarti telah dilakukan antisipasi tentang
kejadiankejadian, masalah- masalah yang akan muncul, dan hubungan kausalitas
antar pihak
terkait
dalam suatu organisasi di masa mendatang. Mengingat bahwa di masa mendatang
terdapat
penuh ketidakpastian, maka antisipasi yang telah ditetapkan pun sering tidak
berjalan
sebagaimana mestinya. Untuk ini para manajer harus siap menghadapi keadaan
darurat
dengan mengembangkan rencana-rencara alternatif.
Dalam
pengorganisasian, manajemen menggabungkan dan mengkombinasikan
berbagai
macam sumber daya menjadi satu kesatuan untuk dapat memberikan manfaat
yang
lebih berdaya guna. Sumber daya tersebut dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
jenisnya,
diberikan peran/fungsi, dan dijalin sedemikian rupa untuk dapat saling
berinteraksi
menjadi
suatu sistem. Sistem yang telah ditentukan diarahkan untuk dapat memproduksi
barang/jasa
sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Dalam organisasi,
yang
terlibat dan bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan terdiri dari para
manajer,
para
supervisor, dan para pelaksana.
Dengan
rencana yang telah ditetapkan, mereka yang terlibat akan merealisasikannya,
bahkan
dalam proses mencapai manajemen mutu total. Kegiatan atau proyek suatu
organisasi
merupakan hasil dari kreasi para manajer atau hasil dari gagasan yang
disampaikan
oleh para pelaksana, tim, atau kelompok pekerja. Selanjutnya pihak-pihak
tersebut
bekerja sebagai suatu tim
Kepemimpinan
berperan sangat penting dalam manajemen karena unsur manusia
merupakan
variabel yang teramat penting dalam organisasi. Seperti dikemukakan di atas
bahwa
yang terlibat dan bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan organisasi terdiri
dari
para
manajer, para supervisor, dan para pelaksana. Manusia memiliki karakteristik
yang
berbeda-beda
mempunyai kepentingan masing-masing, yang bahkan saling berbeda dan
berakibat terjadi konflik. Perbedaan
kepentingan tidak hanya antar individu di dalam
organisasi,
tetapi juga antara individu dengan organisasi di mana individu tersebut berada.
Sangat
mungkin bahwa perbedaan hanya dalam hal yang sederhana, namun ada
kalanya
terjadi perbedaan yang cukup tajam. Tanpa kepemimpinan yang baik, hal-hal
yang
telah ditetapkan dalam perencanaan dan pengorganisasian tidak akan dapat direalisasikan.
Kepemimpinan sangat diperlukan agar semua sumberdaya yang telah diorganisasikan
dapat digerakkan untuk merealisasikan tujuan organisasi. Domingo,
dalam membahas kepemimpinan kualitas (quality leadership) mengemukakan
bahwa manajemen tingkat puncak harus kokoh berinisiatif untuk mengedepankan
pentingnya kepemimpinan kualitas. Pimpinan puncak harus mendorong seluruh
pegawai dan harus menjadi teladan. Segala pikiran dan perkataannya harus merefleksikan
filosofi kualitas yang diterapkan perusahaan. Pimpinan puncak harus berpikir dan
bertindak demi kualitas dalam segala situasi dan bersedia mendengarkan siapa
pun,
bahkan dari seseorang yang berada di tingkat paling bawah, yang mau menyumbangkan
pendapatnya untuk peningkatan kualitas.Domingo
(1997) mengartikan kualitas sebagai “melakukan sesuatu yang benar
secara
benar sejak awal” (“doing the right thing right the first time”).8 Domingo juga
mengatakan
bahwa “menghendaki kualitas berarti berbuat baik untuk melayani konsumen”.
Domingo
mengemukakan tiga hal dari tujuh belas dasar kepemimpinan yang diterapkan di
General
Douglas McArthur, yaitu selalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan berikut
dalam
setiap tindakannya, sebagai berikut:
>
Apakah seluruh kekuatan yang ada pada saya telah saya arahkan untuk mendorong,
memberikan
insentif, dan membebaskan dari kelemahan dan kesalahan?
>
Apakah setiap perbuatan saya telah membuat bawahan saya mau mengikutinya?
>
Apakah saya secara konsisten dapat menjadi teladan dalam karakter, berpakaian,
sopan-santun?
Dari
tiga hal yang dikemukakan Domingo tersebut dapat diketahui bahwa seorang
pemimpin
harus selalu berorientasi pada keberhasilan kepemimpinannya. Seluruh
kekuatannya
difokuskan pada upaya mendorong dan memotivasi bawahannya agar mau
melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tiujuan organisasi dan setiap langkah serta
penampilannya
diharapkan menjadi suri teladan bagi bawahannya. Dengan demikian
pemimpin
yang baik selalu memberikan pelayanan terbaik kepada bawahannya, bukan
sebaliknya,
meminta dilayani oleh para bawahannya. Seorang pemimpin juga rela
mengorbankan
kepentingan pribadinya untuk kemajuan para bawahannya, yang sebenarnya
hal
ini juga untuk keberhasilan organisasinya.
6.3.
Gaya Kepemimpinan
Pada
awal pemunculan teori kepemimpinan telah diidentifikasikan berbagai kondisi
para
pemimpin hebat Penampilan fisik, inteligensia, dan kemampuan berbicara di
kalangan
publik
merupakan ciri khas yang harus dimiliki oleh para pemimpin. Pada waktu itu
banyak
diyakini
bahwa orang bertubuh tinggi lebih baik kemampuan memimpinnya dibandingkan
dengan
orang yang bertubuh pendek. Namun belakangan ini telah terjadi pergeseran, cara
pandang
tidak lagi pada penampilan fisik, melainkan pada gaya kepemimpinan. Griffin dan
Ebert
mengemukakan 3 gaya kepemimpinan, yaitu:
1.
gaya otokratik (autocratic style)
2.
gaya demokratik (democratic style)
3.
gaya bebas terkendali (free-rein style).
Pemimpin
dengan gaya otokratik pada umumnya memberikan perintah- perintah dan
meminta
bawahan untuk mematuhinya. Para komandan militer di medan perang umumnya menerapkan
gaya ini. Pemimpin yang menerapkan gaya ini tidak memberikan cukup waktu kepada
para bawahan untuk bertanya dan hal ini lebih sesuai pada situasi yang
memerlukan kecepatan dalam pengambilan keputusan. Gaya ini juga cocok untuk diterapkan
pada situasi di mana pimpinan harus cepat mengambil keputusan sehubungan adanya
desakan para pesaing. Gaya otokratik ini tidak selalu jelek seperti persepsi
orang selama ini. Untuk menghadapi anggota tim yang malas, tidak disiplin,
susah diatur, dan selalu menjadi trouble maker, gaya kepemimpinan otokratik
sangat tepat untuk digunakan oleh seorang ketua tim.
Pemimpin
dengan gaya demokratik pada umumnya meminta masukan kepada para
bawahan/stafnya
terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan, namun pada akhirnya menggunakan
kewenangannya dalam mengambil keputusan. Sebagai contoh, seorang
manajer
teknik di bagian produksi melontarkan gagasannya terlebih dahulu kepada kelompok
yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut untuk mendapatkan tanggapan
dan
atau masukan sebelum mengambil keputusan
Pemimpin
dengan gaya bebas terkendali pada umumnya memposisikan dirinya
sebagai
konsultan bagi para bawahannya dan cenderung memberikan kewenangan kepada
para
bawahan untuk mengambil keputusan. Dengan gaya ini seorang pemimpin lebih
menekankan
kepada unsur keyakinan bahwa kelompok pekerja telah dapat dipercaya
karena
seringnya menyampaikan pendapat dan gagasannya, telah mengetahui apa yang
harus
dikerjakan dan mengetahui bagaimanamengerjakannya sehingga pemimpin hanya tut
wuri
handayani (broad based management).
Ketiga
gaya kepemimpinan tersebut dapat digunakan oleh seorang ketua tim sesuai
dengan
situasi yang dihadapinya. Situasi di sini meliputi waktu, tuntutan pekerjaan,
kemampuan
bawahan, pimpinan, teman sekerja, kemampuan dan harapan-harapan
bawahan,
serta kematangan bawahan. Beck dan Neil Yeager (2000) mengemukakan empat
gaya
kepemimpinan yang lazim disebut kepemimpinan situasional (situational
leadership)
berdasarkan
interaksi antara pengarahan (direction) dengan pembantuan (support)
Secara
universal, pola hubungan tersebut dapat dideskripsikan sebagai suatu pola
hubungan
antara tinggi rendahnya hubungan perilaku (relationship behavior) manusia
dengan
tinggi
rendahnya perilaku pekerjaan (task behavior). Berdasarkan pola hubungan
tersebut,
maka notasi gaya
kepemimpinan
digambarkan sebagai berikut:
NOTASI
DESKRIPSI
>S1 =
Telling (Directing/Structuring)
>S2
= Selling (Problem Solving/Coaching)
>S3
=
Participating (Developing/Encouraging)
>S4
= Delegating
Keterangan
:
S1.
Telling (Directing/Structuring)
Seorang
pemimpin yang senang mengambil keputusan sendiri dengan memberikan
instruksi
yang jelas dan mengawasinya secara ketat serta memberikan penilaian kepada
mereka
yang tidak melaksanakannya sesuai dengan yang apa anda harapkan. Kekuatan dari
gaya
kepemimpinan ini adalah dalam kejelasan tentang apa yang diinginkan, kapan
keinginan
itu harus dilaksanakan, dan bagaimana caranya.
Kelemahan
dari gaya kepemimpinan ini adalah selalu ingin mendominasi semua
persoalan
sehingga ide dan gagasan bawahan tidak berkembang. Semua persoalan akan
bermuara
kepada sang pemimpin sehingga mengundang unsur ketergantungan yang tinggi
padanya.
Gunakanlah
S1 apabila situasi dan bawahan adalah sebagai berikut:
>
Orang baru yang mempunyai pengalaman terbatas untuk mengerjakan apa yang
diminta
>
Orang yang tidak memiliki motivasi dan kemauan untuk mengerjakan apa yang
diharapkan.
>
Orang yang merasa tidak yakin dan kurang percaya diri.
>
Orang yang bekerja di bawah standar yang telah ditentukan.
S2.
Selling (Coaching)
Seorang
pemimpin yang mau melibatkan bawahan dalam pembuatan suatu
keputusan.
Pemimpin bersedia membagi persoalan dengan bawahannya, dan sebaliknya
persoalan
dari bawahan selalu didengarkan serta memberikan pengarahan mengenai apa
yang
seharusnya dikerjakan. Kekuatan gaya kepemimpinan ini adalah adanya
keterlibatan
bawahan dalam memecahkan suatu masalah sehingga mengurangi unsur
ketergantungan
kepada pemimpin. Keputusan yang dibuat akan lebih mewakili Tim
daripada
pribadi.
Kelemahan
dari gaya kepemimpinan ini adalah tidak tercapainya efisiensi yang
tinggi
dalam proses pengambilan keputusan. Gunakanlah S2 apabila situasi dan kondisi
bawahan
sebagai berikut:
>
Orang yang respek terhadap kemampuan dan posisi pemimpin.
>
Orang yang mau berbagi tanggung jawab dan dekat dengan pemimpin.
>
Orang yang belum dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan standar yang
berlaku.
>
Orang yang mempunyai motivasi untuk meminta semacam pelatihan atau training
agar
dapat
bekerja dengan lebih baik.
S3.
Participating (Developing/Encouraging)
Salah
satu ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya kesediaan dari pemimpin
untuk
memberikan kesempatan bawahan agar dapat berkembang dan bertanggungjawab
serta
memberikan dukungan sepenuhnya mengenai apa yang mereka perlukan. Kekuatan
gaya
kepemimpinan ini adalah adanya kemampuan yang tinggi dari pemimpin untuk
menciptakan
suasana yang menyenangkan sehingga bawahan merasa senang, baik dalam
menyampaikan
masalah maupun hal- hal lain yang tidak dapat mereka putuskan. Pemimpin
selalu
memberikan kesempatan kepada bawahan untuk dapat berkembang.
Kelemahan
gaya kepemimpinan ini adalah diperlukannya waktu yang lebih banyak
dalam
proses pengambilan keputusan. Pemimpin harus selalu menyediakan waktu yang
banyak
untuk berdiskusi dengan bawahan. Gunakanlah S3 apabila situasi dan kondisi
bawahan
sebagai berikut:
>
Orang yang dapat bekerja di atas rata-rata kemampuan sebagian besar pekerja.
>
Orang yang mempunyai motivasi yang kuat sekalipun pengalaman dan kemampuannya
masih
harus ditingkatkan.
>
Orang yang mempunyai keahlian dan pengalaman kerja yang sesuai dengan tugas
yang
akan
diberikan.
S4.
Delegating
Dalam
gaya ini, pemimpin memberikan banyak tanggung jawab kepada bawahan dan
memberikan
kesempatan kepada mereka untuk memecahkan permasalahan. Kekuatan dari
gaya
kepemimpinan ini adalah terciptanya sikap memiliki dari bawahan atas semua
tugas
yang
diberikan. Pemimpin lebih merasa santai sehingga mempunyai waktu yang cukup
untuk
memikirkan
hal-hal lain yang memerlukan perhatian lebih banyak.
Kelemahan
dari gaya kepemimpinan ini adalah saat bawahan memerlukan keterlibatan
pemimpin,
maka ada kecenderungan ia akan mengembalikan persoalannya kepada bawahan
meskipun
sebenarnya itu tugas pimpinan.
Gunakanlah
S4 jika situasi dan kondisi bawahan sebagai berikut:
>
Orang yang mempunyai motivasi, rasa percaya diri yang tinggi dalam mengerjakan
tugastugasnya.
>
Orang yang mempunyai pengalaman dan keahlian memadai untuk mengerjakan
tugas-tugas
yang
sudah jelas dan rutin dilakukan.
>
Orang yang berani menerima tanggung jawab untuk menyelesaikan suatu tugas.
>
Orang yang kinerjanya di atas rata-rata para pekerja pada umumnya
6.4.
Syarat-syarat Kepemimpinan
Ada
tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:
1.
Kekuasaan
Kekuasaaan
adalagh otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada
pemimpin
untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu
dalam
rangka penyelesaian tugas tertentu.
2.
Kewibawaan
Kewibawaan
merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin
mampu
mengatur orang lain dan patuh padanya.
3.
Kemampuan
Kemampuan
adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara
teknis
maupun social, yang melebihi dari anggota biasa.
Sementara
itu Stodgill yang dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus
mempunyai
kelebihan sebagai persyaratan, antara lain:
1.
Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan menilai.
2.
Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
3.
Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
4.
Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.
5.
Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggidan tenar.
6.5.
Pemimpin Formal dan Informal
Dalam
masyarakat kita mengenal jenis-jenis kepemimpinan antara lain pemimpin
negara,
pemimpin agama, pemimpin seminar dan lain-lain. Sehingga dari berbagai jenis
kepemimpinan
tersebut dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar yaitu pemimpin
formal
dan pemimpin informal.
1.
Pemimpin Formal
Pemimpin
formal adalah orang yang dalam sebuah organisasi ditunjuk sebagai
pemimpin
berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan
dalam
struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajibannya untuk mencapai tujuan
organisasi
yang telah ditetapkan.
Ciri-ciri
pemimpin formal
>
Berstatus sebagai pemimpin formal yang ditunjuk oleh yang berwenang.
>
Memperoleh dukungan dari organisasi formal dan mempunyai atasan.
>
Harus memenuhi persyaratan formal
>
Mendapat kenaikan pangkat
>
Dapat dimutasikan
>
Memperoleh imbalan akan balas jasa materiel imateriel.
>
Bila melakukan kesalahan dapat dikenai sanksi atau hukuman.
>
Selama menjadi pemimpin berhak mengatur sepenuhnya organisasi yang
dipimpinnya.
2.
Pemimpin Informal
Pemimpin
informal ialah seorang yang tidak secara resmi diangkat sebagai pemimpin,
tetapi
merupakan kehormatan biasanya karena mempunyai kelebihan ditunjuk sebagai
pemimpin
sehingga mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok.
Ciri-ciri
pemimpin formal:
>
Masyarakat/kelompok mengakui dirinya sebagai pemimpin.
>
Tidak ada pengangkatan resmi sebagai pemimpin.
>
Tidak dapat dimutasi
>
Tidak punya atasan
>
Jika melalukan kesalahan tidak dikenai hukuman hanya kurang kepercayaan
terhadap
dirinya.
>
Tidak mendapat balas jasa.
6.6.
Kepala dan Pemimpin
Di
tengah masyarakat terkadang sering terjadi bias pengertian antara kepala dan
pemimpin.
Pada dasarnya istilah kepala dan pemimpin tidaklah sama. Kepala adalah seorang
yang
diangkat menurut peraturan tertentu oleh atasan/instansi yang berwenang untuk
mengepalai
suatu kantor jawatan dan bertanggungjawab tentang tugas yang dibebankan
kepadanya.
Kepada bawahan memberikan perintah dan bertindak sebagai penguasa. Anak
buah
mengerjakan pekerjaan yang diberikan oleh atasan dengan cara dan waktu yang
telah
ditetapkan. Apabila seorang kepala ingin berhasil harus kerja yang baik, ia
harus
menyakinkan
anak buah agar mau menerima dan mengakuinya.
Pemimpin
adalah seorang yang dipilih dari kelompoknya karena memiliki kelebihankelebihan
tertentu,
selanjutnya diberi tugas untuk memimpin anak buahnya mencapai
tujuan
yang telah ditetapkan oleh kelompok. Untuk kelancaran tugas diberikan hak-hak
istimewa
dibandingkan dengan anggota kelompok lain. Pemimpin dapat diterima bawahan
karena
dipilih diantara mereka.
Kepala
dan pemimpin mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaannya
adalah:
>
Kepala dan pemimpin membawahi anak buah.
>
Kepala dan pemimpin diberi tugas pekerjaan dan mempertanggung- jawabkannya.
Perbedaannya
adalah:
>
Kepala diangkat oleh kekuasaan/instansi tertentu, pemimpin dipilih oleh anak
buahnya
>
Kepala kekuasaannya berasal dari kekuatan peraturan dan kekuasaan atasannya,
sedangkan
pemimpin kekuasaannya menurut peraturan dan berlandaskan
kepercayaan
anak buah.
>
Kepala bertanggung jawab kepada atasannya, sedang pemimpin bertanggung jawab
terhadap
atasan juga bersedia bertanggung jawab kepada anak buah.
>
Kepala bertindak sebagai penguasa, sedang pemimpin berperan sebagai pencetus
ide
organisator dan koordinator.
>
Kepala tidak merupakan merupakan bagian dari anak buah sedangkan pemimpin
merupakan
bagian dari anak buah
6.7.
Kasus Kepemimpinan Dalam Tim
6.7.1
Tim yang Kompak
Tim
yang kompak adalah tim yang selalu mengerjakan kegiatan- kegiatannya secara
bersama-sama
dan saling membantu, baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun di
luar
pekerjaan. Tim demikian merasa terdapat persamaan dalam berbagai hal, antara
lain
dalam
hal pola pikir, filosofi kehidupan, nilai-nilai (values), cara penanganan
kasus, dapat
dipercayainya
karakter masing-masing anggota, dan sebagainya. Tim demikian tidak banyak
menghadapi
kesulitan dalam menyelesaikan persoalan.
Dengan
kekompakan suatu tim, beban yang ada terasa ringan karena setiap persoalan
dapat
dipecahkan bersama. Masing-masing anggota dalam tim dapat memberikan
andilnya
untuk menyelesaikan masalah yang ada. Jika dalam tim tersebut terdapat satu
atau
dua orang yang tidak mempunyai gagasan atau andil untuk menyelesaikan masalah,
karena
telah ada unsur kepercayaan kepada anggota yang lain, maka mereka cenderung
dapat
menerima pandangan anggota lain sehingga kebijakan/keputusan yang diambil oleh
anggota
yang lain tersebut dapat diterimanya. Unsur saling mempercayai merupakan
suatu
hal yang sangat mewarnai dan menjadi ciri khas tim yang kompak.
Dalam
hal telah terjadi kekompakan seperti ini, ketua tim menjadi sangat terbantu
dalam
melaksanakan tugas-tugas yang ada. Jika terdapat kekurangan pada salah satu di
antaranya,
anggota yang lain siap untuk melengkapinya tanpa melakukan berbagai
pertimbangan,
seperti merasa dirugikan. Hal demikian dapat terjadi karena pada tim
yang
kompak seperti ini para anggota yang ada menyadari bahwa setiap orang/anggota
pasti
mempunyai masalah/kekurangan, yang untuk itu mereka bersedia saling membantu.
Mereka
berpikir pada kesempatan lain dirinya akan mengalami hal yang sama, maka
anggota
lain
juga akan menolongnya.
Tim
yang kompak cenderung menyadari bahwa tugas-tugas yang diembannya harus
diprioritaskan
dalam penanganannya. Dengan demikian ketua tim tidak mendapatkan
kesulitan
dalam mengarahkan tim untuk mau dan mampu melaksanakan tugas-tugas dengan
baik
sesuai dengan standar yang ada. Ketua tim hanya perlu sedikit memberikan
pengarahan,
dan memelihara suasana agar kekompakan dapat terjaga dengan baik.
6.7.2
Tim yang Kurang Kompak
Kekurangkompakan
antar anggota tim dapat disebabkan oleh berbagai hal. Telah
dikemukakan
di atas bahwa semua pihak dalam suatu tim adalah manusia yang masingmasing
mempunyai
kepentingan pribadi yang berbeda-beda. Perbedaan kepentingan
pribadi
dan keluarganya, kepentingan sosial, kepentingan politik, daya tahan fisik
dalam
bekerja,
perbedaan semangat pengabdian, perbedaan cara pandang atas suatu masalah,
perbedaan
strategi dalam penanganan masalah, kurangnya komunikasi antar anggota tim,
dan
sebagainya dapat menjadi penyebab terjadinya kekurangkompakan tersebut.
Pada
kondisi demikian peran ketua tim dalam upaya untuk mengarahkan timnya
menjadi
sangat besar. Namun peran yang besar tersebut belum tentu dapat dimanfaatkan
dengan
baik. Para anggota yang telah berbeda pendapat, berbeda cara penanganan
masalah,
dan perbedaan- perbedaan lainnya sampai pada tingkat perbedaan yang prinsip
akan
menurunkan kepercayaan antar mereka. Dengan telah menurunnya kepercayaan di
antara
mereka, apa pun yang dikerjakan oleh temannya akan menjadi bahan sorotan dan
bahan
celaan. Jika ini terjadi, perbedaan yang ada akan menjadi semakin meruncing dan
menjadikan
tim terpecah belah. Satu-satunya ikatan yang ada dalam tim tersebut hanya
penugasan
secara formal dari instansi tempat mereka bekerja. Pada tim seperti ini ketua
tim
kurang dapat berfungsi sebagai pemimpin yang disegani oleh para anggotanya.
Ketua
tim
kurang mampu menjadi perekat atas berbagai perbedaan yang ada.
Tim
yang kurang kompak cenderung bekerja sendiri sendiri, mengabaikan pengarahan
yang
diberikan oleh teman atau ketua timnya, dan masing-masing bekerja hanya sebatas
memenuhi
segi-segi formal, kurang disertai dengan semangat pengabdian dan kurang ikhlas
dalam
melakukan sesuatu. Dengan demikian mutu kerja tim ini cenderung kurang sesuai
dengan
norma-norma dan standar yang ada.
6.7.3
Tim yang Tidak Kompak
Seperti
halnya telah diuraikan pada tim yang kurang kompak, tim yang tidak kompak
pada
dasarnya disebabkan oleh adanya berbagai perbedaan di antara mereka.
Dibandingkan
dengan
tim yang kurang kompak, tim yang tidak kompak ini memiliki tingkat perbedaan
yang
lebih
besar. Pada tim seperti ini perbedaan yang menonjol terdapat pada tingkat
intelektualitas,
emosional, moralitas, dan karakter dari masing- masing anggota/ketua
timnya.
Akibat dari tim yang tidak kompak dapat berupa kegagalan kerja dari tim yang
bersangkutan,
bahkan bisa sampai terjadi pertentangan di antara mereka. Ketua tim tidak
dapat
lagi mengendalikan para anggotanya dan para anggota tidak mau lagi mempercayai
ketua
timnya.
Tim
yang tidak kompak cenderung tidak dapat dipertahankan lagi dan masing-masing
anggota
merasa lebih baik jika tim segera diakhiri. Atasan dari tim yang tidak kompak
harus
segera
mengetahuinya dan segera mengambil langkah-langkah perbaikan.
6.8.
Keterampilan Dasar Kepemimpinan
Griffin
dan Ebert mengemukakan bahwa manajer yang efektif perlu memiliki
keterampilan
dasar kepemimpinan, setidaknya dalam 5 (lima) hal sebagai berikut:
>
keterampilan teknis (technical skills),
>
keterampilan hubungan insani (human relations skills),
>
keterampilan konseptual (conceptual skills),
>
keterampilan mengambil keputusan (decision-making skills), dan
>
keterampilan manajemen waktu (time management skills).
Cocheu
menyarankan agar ketua tim memiliki keterampilan dasar kepemimpinan yang
meliputi:
>
mendemonstrasikan kepemimpinan,
>
memfasilitasi interaksi di dalam tim,
>
melakukan negosiasi dalam hal terjadi perbedaan dan konflik,
>
melatih anggota tim,
>
memberikan pengarahan untuk meningkatkan kinerja tim,
>
mempresentasikan gagasan-gagasannya secara persuasif, dan
>
membina hubungan dengan berbagai tingkatan manajemen
Seorang
pemimpin perlu mendorong timnya untuk selalu berkreasi. Menurut
6.8.1
Membangun Visi Tim
Pada
sesi sebelum ini telah dikemukakan bahwa kreativitas setiap anggota tim
diperlukan
untuk dapat meraih kinerja yang lebih baik dalam melaksanakan tugas. Namun
kreativitas
tim yang tidak terarah dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang bersifat positif
malah
akan menjadi sarana penghancuran massal dan mengeksploitasi orang lain
sehingga
potensi yang ada akan menjadi sia-sia, bahkan merusak. Dengan demikian
organisasi
tempat tim berada tidak membawa berkah, sebaliknya malah menjadi ancaman
bagi
masyarakat.
West
mengemukakan bahwa agar kreativitas tim dapat memberikan manfaat secara
optimal,
tim harus mempunyai visi untuk memberikan fokus dan pengarahan pada energi
yang
ada. Visi bagi tim harus jelas, dianut bersama, dirundingkan, bisa dicapai, dan
memberikan
harapan di masa depan. Visi tim hendaknya menjadi milik para anggotanya. Jika
para
anggota tim tidak berbagi visi, kreativitas individual tidak dapat disatukan
sehingga
tidak
dapat membuahkan hasil-hasil yang diinginkan. Seballiknya jika terdapat
kebersamaan
yang
kuat dalam memiliki tujuan-tujuan tim, kreativitas yang ada dapat berfungsi
sebagai
daya
penggerak.
Visi
tim selayaknya merupakan perpanjangan dari visi organisasi karena organisasi
pada
dasarnya adalah suatu tim besar yang di dalamnya terdiri dari banyak tim. Visi
adalah
cerminan
dari nilai-nilai yang dianut, minat- minat, harapan-harapan, dan
kepercayaankerpercayaan
manusia.
Karena manusia terus berkembang dan berubah seiring dengan
perjalanan
waktu, maka visi juga berevolusi , berubah mengikuti perjalanan waktu tersebut.
6.8.2
Membangun Partisipasi Tim
Sebagai
seorang pemimpin, ketua tim perlu membangun partisipasi tim. Partisipasi
merupakan
sarana untuk mereduksi resistensi terhadap perubahan, mendorong komitmen,
dan
menumbuhkan kultur yang lebih “berorientasi pada manusia”.
West
mengemukakan bahwa partisipasi memadukan tiga konsep dasar, yaitu:
1.
Pengaruh atas Pembuatan Keputusan
Jika
para anggota tim mempunyai pengaruh atas pembuatan keputusan, mereka akan
lebih
senang untuk menyumbangkan ide-ide kreatifnya. Partisipasi tim terjadi ketika
proses
pembuatan
keputusan ditentukan secara kolektif sehingga pandangan, pengalaman, dan
kemampuan
semua orang dalam tim akan mewarnai masa depan.
2.
Berbagi Informasi
Cara
paling efektif dari berbagi informasi adalah melakukan komunikasi secara tatap
muka.
Pesan-pesan tertulis seperti e-mail dan atau memo cenderung merupakan media
yang
miskin untuk berbagi informasi. Dengan demikian tim harus mendorong komunikasi
tatap
muka sehingga penggunaan media tertulis hanya untuk pesan-pesan yang sederhana.
3.
Frekuensi Interaksi
Frekuensi
interaksi yang cukup di antara para anggota tim sangat berperan dalam
pembentukan
partisipasi tim. Dengan adanya interaksi yang cukup, tim akan terus dapat
bertukar
ide, bertukar informasi, dan mampu mencari jalan keluar atas konflik atau
pandangan-pandangan
yang saling bertentangan. Frekuensi interaksi yang cukup dapat
memperkaya
perbendaharaan pengetahuan kolektif dan mengembangkan kreativitas. Ketika
anggota-anggota
tim saling menghindari satu sama lain, niscaya tim akan menemukan
banyak
kesulitan yang memunculkan berbagai konflik.
6.8.3
Pemimpin Yang Memotivasi
Kepemimpinan
dan motivasi adalah hal yang tidak dapat dipisahkan. Sulit
membayangkan
seorang pemimpin yang tidak memotivasi orang lain.
Berikut
ini adalah delapan cara memotivasi:
1.
Individu sendiri harus termotivasi. Seseorang tidak pernah mengilhami orang
lain
kecuali
dia sendiri terilhami. Hanya seorang pemimpin yang termotivasi yang dapat
memotivasi
orang lain.
2.
Pilih orang yang bermotivasi tinggi. Karena sulit memotivasi orang lain, masuk
akal
bila
kita memilih orang yang sudah termotivasi.
3.
Perlakukan setiap orang sebagai individu. Bila kita tidak menanyakan motivasi
seseorang
– keinginannya – kita tidak akan mengetahuinya. Kita semua adalah
individu.
Apa yang memotivasi seseorang dalam sebuah tim, mungkin tidak
memotivasi
orang lain. Lakukanlah semacam dialog dengan setiap individu anggota
tim.
4.
Tetapkan sasaran yang realistis dan menantang.
5.
Ingat, kemajuan akan memotivasi. Kita ingin menyelesaikan apa yang kita
lakukan.
Semakin
penting sebuah tugas, semakin kuat kebutuhan untuk menyelesaikannya
dengan
memuaskan.
6.
Ciptakan lingkungan yang memotivasi.
7.
Berikan hadiah yang adil. Setiap pekerjaan menyiratkan unsur penyeimbang antara
apa
yang kita berikan dengan apa yang kita harapkan. Keadilan di sini berarti apa
yang
kita peroleh harus sepadan nilainya dengan apa yang kita berikan.
8.
Berikan pengakuan. Sifat haus akan pengakuan adalah universal. Bagi orang
berbakat,
hal ini setara dengan hasrat akan ketenaran atau kejayaan. Raih
setiap
kesempatan untuk memberi pengakuan, meski hanya atas upaya yang
orang
lain tunjukkan. Kita tidak bisa selalu mengatur hasil yang diharapkan. Lihatlah
nilai
pekerjaan orang lain dan tunjukkan penghargaan kepadanya. Seseorang tidak
harus
menjadi manajer untuk melakukan ini karena kepemimpinan sejati selalu
dapat
dipraktikkan dari posisi paling bawah